Observasi Sutomo 2
06.01
Bab 1
Pendahuluan
Pendidikan merupakan
suatu proses bagi seseorang untuk mengembangkan dirinya menjadi lebih baik.
Pendidikan sudah diterapkan dari masa nenek moyang manusia. Tidak ada kata
terlambat dalam menempuh pendidikan. Setiap orang berhak mendapatkan
pendidikan. Ada beberapa pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli. Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan bisa saja bermula dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan
oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam
kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum
kelahiran.Pendidikan bisa diperoleh baik secarah formal dan nonformal. Pendidikan
Formal diperoleh dalam kita mengikuti progam-program yang sudah dirancang
secara terstruktur oleh suatu intitusi, departemen atau kementerian suatu
negara. Pendidikan non formal adalah pengetahuan yang
didapat manusia (Peserta didik) dalam kehidupan sehari-hari (berbagai
pengalaman) baik yang dia rasakan sendiri atau yang dipelajarai dari orang lain
(mengamati dan mengikuti).
Dalam Kamus Bahasa
Indonesia, 1991:232, tentang Pengertian Pendidikan , yang berasal dari kata
“didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata “me” sehingga menjadi “mendidik”
artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan
diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan
pikiran.
Bab 2 Landasan Teori
2.1 Mengelola Kelas Secara Efektif
Manajemen kelas yang efektif
memaksimalkan kesempatan belajar anak-anak. Para ahli dalam manajemen kelas
mengungkapkan bahwa telah terjadi perubahan pemikiran tentang cara terbaik
untuk mengelola kelas. Pandangan sebelumnya lebih menekankan pembuatan dan
penerapan peraturan dalam mengendalikan perilaku siswa. Pandangan terbaru lebih
memfokuskan diri pada kebutuhan siswa dalam memelihara hubungan dan kesempatan
untuk meregulasi diri. Manajemen kelas yang mengorientasikan siswa ke arah
kepasifan dan kepatuhan dengan peraturan yang ketat bisa merusak keterlibatan
mereka dalam pembelajaran yang aktif, tingkat pemikiran yang lebih tinggi, dan
konstruksi sosial pengetahuan. Tren baru dalam manajemen kelas menempatkan
lebih banyak penekanan pada pembimbingan siswa ke arah disiplin diri dan lebih
sedikit penekanan pada pengendalian siswa secara eksternal. Dalam tren saat ini
yang berpusat pada siswa, guru lebih dianggap sebagai pembimbing, coordinator,
dan fasilitator. Model manajemen kelas yang baru tidak berarti masuk kedalam
model yang permisif. Penekanan terhadap perhatian dan regulasi diri siswa tidak
berarti bahwa guru melepaskan tanggung jawab atas apa yang terjadi di dalam
kelas.
2.2 Masalah-Masalah pada Kelas yang
Besar dan Berpotensi Menimbulkan Kekacauan
Ø Ruang kelas itu multidimensional,
ruang kelas adalah tempat untuk banyak aktivitas yang berkisar dari aktivitas
akademis sampai aktivitas sosial. Guru harus terus mencatat dan memantau
perkembangan siswa.
Ø Aktivitas terjadi secara bersamaan,
banyak
aktivitas kelas terjadi secara bersamaan.
Ø Hal-hal terjadi dengan cepat, peristiwa-peristiwa
seringnya terjadi dengan cepat di ruang kelas dan sering kali membutuhkan
respon saat itu juga.
Ø Peristiwa sering kali tidak dapat
diprediksi, meskipun sudah merencanakan aktivitas
hari itu dan sangat teratur, peristiwa yang tak terduga tetap akan terjadi.
Ø Hanya ada sedikit privasi, ruang
kelas adalah tempat umum dimana siswa mengobservasi bagaimana guru menangani
masalah kedisiplinan, peristiwa yang tidak terduga, dan keadaan yang membuat
frustasi. Sebagian besar dari apa yang terjadi pada seorang siswa diobservasi
oleh siswa lain dan siswa membuat atribusi tentang apa yang terjadi.
Ø Ruang kelas memiliki sejarah, siswa
mempunyai kenangan tentang kejadian sebelumnya di kelas mereka. Mereka
mengingat bagaimana guru menangani maslaah kedisiplinan sebelumnya, dimana
siswa mendapatkan lebih banyak hak istimewa daripada siswa lain, dan apakah
guru bertindak sesuai janjinya. Beberapa minggu pertama tahun ajaran sekolah
adalah penting untuk menetapkan prinsip-prinsip manjemen kelas.
Sifat
kelas yang besar dan kompleks bisa menimbulkan masalah apabila kelas tidak
dikelola secara efektif. Masalah seperti ini merupakan persoalan umum yang
utama tentang sekolah. Kurangnya kedisiplinan dianggap sebagai masalah yang
paling penting kedua, setelah kurangnya dukungan financial (Gallup Poll, 2004).
2.3
Strategi dan Tujuan Manajemen
Manajemen kelas yang efektif
bertujuan untuk:
Ø Membantu siswa menghabiskan lebih
banyak waktu untuk belajar dan lebih sedikit untuk perilaku yang tidak mengarah
pada tujuan. Manajemen kelas yang baik akan membantu
memaksimalkan waktu pembelajaran guru dan waktu belajar siswa.
Ø Mencegah siswa mengembangkan
masalah. Sebuah kelas yang dikelola dengan baik tidak hanya
membantu perkembangan pembelajaran, tetapi juga membantu mencegah berkembangnya
masalah akademis dan emosional. Kelas yang dikelola dengan baik membuat
siswa-siswa tetap sibuk dengan tugas yang aktif dan menantang, melakukan
aktivitas yang membuat siswa menjadi terpikat dan termotivasi untuk belajar,
serta menetapkan peraturan yang jelas yang harus diterima oleh siswa.
2.4
Gaya Penyusunan Ruang Kelas
Ø Gaya
Auditorium (auditorium style), semua siswa duduk menghadap guru. Susunan ini
mencegah kontak siswa secara berhadap hadapan dan guru bebas untuk bergerak
kemana pun didalam ruangan.
Ø Gaya
berhadap-hadapan (face-to-face style), siswa duduk menghadap satu sama lain.
Gangguan dari siswa lain akan lebih tinggi daripada dalam gaya auditorium.
Ø Gaya
off-set (off-set style), siswa dalam jumlah kecil (biasanya tiga atau empat)
duduk di meja, tetapi tidak duduk berseberangan secara langsung dari satu sama
lain. Gaya ini menghasilkan lebih sedikit gangguan daripada gaya
berhadap-hadapan dan bisa efektif untuk aktivitas belajar yang kooperatif.
Ø Gaya
seminar (seminar style), siswa dalam jumlah besar (sepuluh atau lebih) duduk
dalam susunan sirkuler, empat persegi, atau bentuk U.
Ø Gaya
kelompok (cluster style), siswa dalam jumlah kecil (biasanya empat sampai
delapan) bekerja dalam kelompok kecil yang berdekatan.
2.5 Menjadi seorang komunikator
yang baik
2.5.1 Komunikasi Verbal
Ketika berbicara di dalam kelas dan
dengan siswa,, salah satu hal terpenting yang harus diingat adalah untuk dengan
jelas mengomunikasiskan informasi. Kejelasan berbicara sangatlah penting dalam
pengajaran yang baik. Para ahli komunikasi merekomendasikan untuk mengganti
pesan “Anda” dengan pesan “Saya” karena membantu untuk mengalihkan percakapan
kea rah yang lebih konstruktif dengan mengungkapkan perasaan tanpa menilai
orang lain. Kemudian aspek lain dalam komunikasi verbal melibatkan bagaimana
orang-orang menghadapi konflik.
2.5.2 Komunikasi Nonverbal
Selain dengan berbicara, guru juga dapat
berkomuniasi melalui bagaimana dia melipat tangan, melemparkan pandangan,
menggerakkan mulut, menyilangkan kaki, atau menyentuh orang lain.
2.6 Menangani Perilaku Bermasalah
Intervensi bisa dikarakteristisasikan
sebagai minor atau moderat. Intervensi minor melibatkan penggunaan petunjuk
nonverbal, membiarkan aktivitas tetap berjalan, mendekati siswa, mengalihkan
perilaku, memberikan pembelajaran yang dibutuhkan, secara langsung dan tegas
memberitahu siswa tersebut untuk menghentikan perilaku tersebut, serta memberi
siswa sebuah pilihan. Intervensi moderat melibatkan tidak memberikan hak
istimewa atau aktivitas yang diinginkan, mengasingkan atau memindahkan siswa,
serta memberikan hukuman.
Kekerasan adalah persoalan utama yang semakin meningkat di sekolah.
Bersiaplah untuk tindakan agresif dari pihak siswa sehingga guru bisa dengan
tenang menghadapinya. Berusahalah untuk emnghindari argument atau konfrontasi
emosional.
Bab 3 Landasan Teori
3.1. Rundown Kegiatan
Observasi (Jum’at, 31 Maret 2107)
·
07.45 s/d 08.00: Berdiskusi dengan dewan
pengajar sebelum melakukan observasi.
·
08.00 s/d 08.15: Dewan pengajar
membimbing siswa bernyanyi dan berbicara menggunakan bahasa mandarin.
·
08.15 s/d 08.30: Dewan pengajar
memeberikan latihan pada siswa
·
08.30 s/d 09.15: Dewan pengajar
membimbing siswa bernyanyi dan berbicara menggunakan bahasa indonesia.
·
09.15 s/d 09.30: Istirahat.
·
09.30 s/d 10.00: Tim observasi
memberikan games kepada siswa.
·
10.30 s/d 11.00: Tim observasi
memberikan beberapa pertanyaan pada siswa.
·
11.00 : Selesai
3.2. Sistematika Observasi
·
Kelompok tiba
di TK Sutomo 2 pada pukul 07.40dan langsung menuju ruang kepala sekolah
untuk melakukan diskusi dan meminta izin pemakaian kelas dengan tujuan untuk
dapat melakukan sebuah observasi sebelum dimulainya kegiatan belajar mengajar
di sekolah.
·
Pukul
08.00 anak-anak sudah duduk rapi didalam kelas dan siap untuk belajar. Kelas dipimpin oleh dua dewan pengajar, salah seorang
dewan pengajar membuka kelas dengan bernyanyi menggunakan bahasa mandari yang
sepertinya sudah sangat dihafal oleh para siswa, karena mereka dapat mengikuti
nyanyian dewan pengajar tersebut dengan baik.
Dewan pengajar tersebut kemudian mengeluarkan buku panduan yang dimiliki semua siswa, lalu membimbing para siswa untuk mengeja menggunakan bahasa mandarin dengan alat bantu gambar yang sudah tersedia di buku panduan tersebut. Setelah itu dewan pengajar menjelaskan maksud gembar tersebut dengan metode cerita, adapun topik yang dibahas di bukunpanduan tersebut mengenai petir.
Dewan pengajar tersebut kemudian mengeluarkan buku panduan yang dimiliki semua siswa, lalu membimbing para siswa untuk mengeja menggunakan bahasa mandarin dengan alat bantu gambar yang sudah tersedia di buku panduan tersebut. Setelah itu dewan pengajar menjelaskan maksud gembar tersebut dengan metode cerita, adapun topik yang dibahas di bukunpanduan tersebut mengenai petir.
Setelah itu dewan pengajar kembali mengajak siswa untuk bernyanyi, tetap
menggunakan bahasa mandarin, yang juga sudah dihafal dengan baik oleh para
siswa.
·
Pukul 08.15
para siswa diberi latihan menulis dengan tulisan sambung seperti yang
dicontohkan oleh dewan pengajar dipapan tulis. Setelah itu dewan pengajar juga
memberika latihan menghitung kepada para siswa.
·
Pukul
08.30 anak-anak sudah siap melakukan latihan yang diberikan oleh dewan
pengajar. Kelas kemudian dipimpin oleh dewan
pengajar untuk bernyanyi, namun kali ini menggunakan bahasa indonesia akan
tetapi beberapa siswa masih kesusahan untu mengikuti dikarenakan beberapa dari
mereka menggunakan bahasa mandarin sebagai bahasa dasar dilingkungan keluarga
mereka, akan tetapi tidak ada kendala yang sangat berarti karena beberapa murid
yang mampu mengikuti dengan baik tetap bersemangat bernyanyi sehingga menutupi
kekuranagn dari teman-temannya yang tidak lancar.
Kelas ini sangant cocok dijadikan sebagai contoh kelas multikultural,
dikarenakan aanya perbedaan suku dan ras baik diantara dewan pengajar dan
siswa, akan tetapi kelas tetap berjalan dengan baik tanpa membedan ras yang
satu dengan ras yang lain, bahkan siswa mampu dalam beradaptasi dengan
kehadiran tim observasi sekalipun berasal dari ras ataupun suku yang berbeda
dengan siswa tersebut. Akan tetapi para siswa tetap mau bermain bersama
personel dari tim observasi.
Setelah bernyanyi dewan pengajar bantuan buku panduan mengajak siswa
untuk mengeja menggunakan bahasa indonesia, dengan tema yang sama yaitu petir,
dan dengan metode yang sama juga. Hal ini juga membantu tim observasi yang
tidak bisa berbahasa mandarin memahami apa yang diajarkan dewan pengajar pada
sesi pertama kepada siswanya. Dan hali ini sekaligus membantu melatih para
siswa yang masih belum terbiasa menggunakan bahasa indonesia. Kemudian kelas kembali dilanjutkan dengan
bernyanyi yang dipandu oleh dewa pengajar, tetap menggunakan bahasa indonesia.
·
Pukul 09.15 siswa beristirahat dan
memakan bekal-bekal yang telah dibawa mereka dari rumah. Beberapa siswa ada
yang disediakan oleh sekolah.
·
Pukul 09.30 siswa yang sudah selesai
makan sudah bersiap untuk melanjutkan pelajaran. Kali ini tim observasi
dipersilahkan oleh dewan pengajar untuk memimpin kelas, dan kesempatan ini tim
observasi gunakan untuk memeberikan games. Dimana sebelum games dimulai tim
observasi memnjanjikan hadiah bagi pemenang games.
Tujuan diadakan games adalah, (1) untuk
melihat jiwa kompetitif para siswa terkait dengan hadiah yang diperebutkan,
yang mana tim observasi mengiming-imingi siswa dengan coklat. (2) untuk melihat
jiwa kejujuran yang ada pada siswa, yang mana tim observasi mempersilahkan
siswa yang gagal untuk tidak mengikuti babak selanjutnya, tanpa diperintahkan
oleh tim observasi.
Games dimulai dengan salah seorang tim
dari tim observasi meminta siswa untuk berdiri dan kemudian menjelaskan games
yang akan dimainkan, yakni games ‘Topi Saya Bundar”. Games dilakukan dengan
menyanyikan lagu topi saya bundar dengan gerakan yang sudah diperagakan oleh
tim observasi, akan tetapi pada saat bernyanyi tim observasi yang memimpin games
akan memeperagakan gerakan yang salah. Apa bila ada siswa yang melakukan
gerakan yang salah maka tim observasi akan mempersilahkan yang salah untuk
duduk. Kemudian games dilanjtkan dengan siswa yang masih bertahan.
Beberapa siswa yang gagal tidak mau untuk
duduk dikarenakan dua hal (1) siswa tidak mengerti dengan games yang dimainkan,
yang diketahui dari raut wajah siswa yang kebingungan selama mengikuti games.
(2) siswa menginginkan hadiah tersebut, yang diketahui dari aktifnya siswa
mengikuti games akan tetapi ketika ia salah ia tak mau untuk duduk. Games
diakhiri dengan pemberian hadiah kepada beberpa siswa yang mampu bertahan.
·
Pukul 10.30 tim obervasi melanjutkan
kesempatan yang diberikan oleh dewan pengajar dengan memberikan quiz berupa
teka-tekiguna melatih critical thinking mereka. Quiz yang diberikan berkaitan
dengan buah-buahan dan hewan, dimana tim observasi yang memberikan quiz
menjelaskan ciri-ciri dari buah atau hewan tersebut. Kemudian meminta siswa
yang mengetahui jawabannya untuk mengangkat tangan sebelum menjawab. Siswa yang
menjawab dengan benar kali ini diberi hadiah permen.
Siswa yang dalam kesempatan sebelumnya
gagal mendapatkan coklat sangat antusias untuk menjawab teka-teki yang
diberikan oleh tim observasi, bahkan mereka yang berhasil pada sesi games tak
mau ketinggalan untuk menjawab pertanyaan. Sesi quiz pun diakhiri begitu permen
yang disediakan habis, dan setiap siswa mendapat kesempatan untu menjawab.
·
Pukul 11.00 kegiatan observasi pun diakhiri
dengan sesi foto bersama dengan siswa dan guru. Dilanjutakan dengan perginya ke
ruang kepala sekolah untuk dapat mengucapakan kata terima kasih kepada kepala
sekolah yang bersangkutan atas kerja samanya sehingga proses observasi dapat
belajalan dengan lancar.
Testimoni ketika observasi:
Anthony: Gurunya ramah sampai mengantar kami ke kelas yang diajari olehnya.
Anak muridnya KAWAII semua. Waktu ku membantu Fadhil dalam memberikan arahan
kepada murid terhadap gamesnya, kami mengalami kesulitan karena mereka kurang
fasi
Flo:Gurunya membantu kami berkomunikasi dengan anak anak dengan bahasa
mandarin. Kami butuh belajar bahasa mandarin ahahaha.
Syifa:Keaktifan anak-anak yang bersemangat ingin mendapat coklat dan
permen. Padahal sebelumnya ngak bersemangat mereka. Tapi mereka tetep juga
lucu.
Fadhil:Biarpun mereka awalnya bingung mengikuti saya ketika bernyanyi dan
mengikuti gerakan, tetapi mereka cukup aktif. Pertama-tama waktu diarahkan
mereka semua bengong.
Fajri Zahara: anak anak sangat
menyenangkan dan ramah pada kami, walaupun awalnya malu malu.
Farah: anak anaknya mau diajak bekerja
sama, terumata urusan foto. Mereka sangat ramah pada kami. Waktu diteriaki
“Ayok foto adik-adik” wuih… langsung semua ngumpul berderet hahaha.
Larasati: Wes keren lah anak-anak sutomo
ini, walau kurang bisa bahasa Indonesia cuman pemantapan bahasa inggris,
mandarin, dan cina mereka keren. Salut dah ama mereka.